Mahasiswa IAIT
Pada bagian terakhir ini, mengulas beberapa koreksi terhadap keyakinan masyarakat terhadap bulan Muharram. Mari periksa diri kita masing-masing, keyakinan apa yang ternyata itu tidak dibenarkan dalam kaca mata Islam. Apa saja?
Telah dipaparkan dimuka, keyakinan sebagian masyarakat seputar Suro.
Benarkah keyakinan seperti itu? Jawabnya ; keyakinan di atas salah.
Karena mereka menyandarkan nasib mereka; bahagia dan celaka kepada
masa, waktu. Padahal waktu atau masa tidak kuasa memberikan apa-apa.
Jadi mereka telah jatuh ke dalam perkara yang di haromkan atau kesyirikan.
Allah berfirman menginformasikan keyakinan orang-orang kafir dan orang-orang
musyrikin.
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan
dunia saja, kita mati dan kita hidup; tidak ada yang membinasakan
kita selain masa”, dan sekali-kali mereka tidak mempunyai
pengetahuan tentang itu,, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga
saja. (Al Jatsiyah 23).
Orang-orang kafir tersebut mengingkari adanya hari kiamat, mati hidup
mereka waktulah yang menentu kan. Bahagia, celaka dan perputaran hidup
mati mereka berjalan seiring dengan bergesernya waktu. Tidak disadari
mereka telah mencaci masa. Padahal Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda ;
Allah Ta`ala berfirman: “Manusia menyakiti Aku,; dia mencaci
maki masa, padahal Aku adalah (pemilik dan pengatur masa) Aku-lah
yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” 18
Imam Al Baghowi berkata:
“Makna hadits ; dahulu orang-orang Arab terbiasa mencela
masa apabila tertimpa musibah. Mereka mengatakan: “Mereka
tertimpa masa bencana”. Maka jika mereka menyandarkan musibah
yang menimpa kepada masa, berarti mereka telah mencaci pengatur masa
itu, yang tentunya adalah Allah. Karena pengatur urusan yang mereka
laksanakan itu pada hakekatnya adalah Allah. Oleh karena itu mereka
dilarang mencela masa.19
Syaikh Abdurrohman As Sa`di dalam Al Qoulus Sadid mengatakan;
“Pencelaan kapada masa ini banyak terjadi pada masa jahiliyah.
Kemudian diekor oleh orang-orang fasik, gila dan bodoh. Jika perputaran
masa berlangsung tidak sesuai dengan harapan mereka mulailah mereka
mencelanya, bahkan tidak jarang melaknatnya. Semua ini timbul karena
tipisnya agama mereka dan karena parahnya kedunguan dan kebodohan.
Dikarenakan masa itu tidak mempunyai peranan apa-apa dalam menen tukan
nasib.
Sebaliknya, justru masa itulah yang diatur. Kejadian-kejadian yang
terjadi dalam rentang waktu, merupakan pengaturan Allah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Oleh karena itu jika masa dicerca, berarti
mencaci pengaturnya.” 20
Syaikh Muhammad bin Utsaimin berkata:
“Mencela masa terbagi menjadi tiga macam. Yang kedua yaitu
pencelaan kepada masa disertai keyakinan bahwa masa itu merupakan
penentu. Masa itulah yang menentukan perkara menjadi baik atau jelek.
Ini adalah syirik besar. Karena orang tadi berkeyakinan adanya pencipta
selain Allah dengan menyandarkan peristiwa-peristiwa kepada selainNya.
Setiap orang yang berkeyakinan bahwa ada pencipta selain Allah maka
dia kafir. Sama halnya dengan orang yang berkeyakinan adanya ilah
selain Allah yang pantas untuk disembah, ini juga kafir.
“Yang ketiga; pencelaan kepada masa namun tidak disertai
keyakinan bahwa masa itu merupakan penentu. Tetapi Allahlah yang mengaturnya.
Hanya saja dia mencelanya disebabkan pada masa itulah terjadi peristiwa
yang tidak dia senangi. Pencelaan ini diharamkan, namun tidak sampai
pada kesyirikan.
“Hal ini lantaran pencelaan kepada masa tidak lepas dari
dua kemungkinan. Jika pencelaan itu disertai keyakinan bahwa masa
itu merupakan penentu maka ini syirik. Jika tidak demikian, maka pada
hakekatnya pencelalan itu tertuju kepada Allah, karena Allah lah yang
mengatur masa tersebut, menjadi baik atau jelek. Maka ini diharamkan”.
21
Oleh karenanya keyakinan bahwa bulan Suro merupakan bulan keramat
atau petaka, tidak terlepas dari dua hal ; bisa haram atau jatuh ke
dalam kesyirikan. Belum lagi acara-acara yang menyertainya semisal
nyadran ke pantai selatan, jamasan pusaka, kirab kerbau, untuk dialap
(dimintai) berkahnya. Tidak diargukan lagi semua itu merupakan syirik
besar.
Demikian pula keyakinan Syi`ah, sebagaimana telah dikemukakan dimuka.
Semua itu merupakan cerminan dari sikap ghuluw (ektrim/berlebih-lebihan)
mereka terhadap para imamnya. Dan ini tidak aneh karena hal itu sudah
menjadi tradisi mereka. Padahal Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang bersikap ghuluw kepada orang sholih, sabdanya :
Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nashara,
mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai tempat ibadah (masjid).22
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi kabar tentang gereja
Catatan Kaki
…18
HR. Bukhori 4826, Muslim 2246
…19
Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 511
…20
(Ibid.) hal. 146.
….
21
Al Qoulul Mufid ala kitabit Tauhid, hal. 351-352.
…22
HR. Bukhori 435, Muslim 531.
…23
HR. Bukhori 427, Muslim 528.
…24
Durusun `Aamun, Abdul Malik Al Qosim hal. 11-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
asumsi anda