Kamis, 19 Mei 2011

Belajar Dari Kesalahan

Pernahkah kita justru "pamer" ketidakmampuan di muka publik, hanya demi mendapatkan pembenaran? Di mata kita, semua salah dan tidak ada solusi. Ada yang merasa dirinya "pahlawan"; ada pula yang merasa paling pintar, paling tahu, paling berkuasa, paling menderita, paling bisa, dan ribuan paling lainya. Inilah ego yang merusak citra! Tak sadarkah, jika demikian, kita bisajadi bahan tertawaan? Menyakitkan hati meman, tetapi itulah yang ada.
Mari tingkatkan kesadaran, kepekaan, kepedulian, kemauan, dan keberanian untuk melakukan perubahan! Berhenti menyalahkan dan mencari kesalahan dengan memulai belajar dari kesalahan. Belajar dari kesalahan bukan berarti pasrah menerima apa yang ada, tetapi mau berusaha keluar dari belenggu kesalahan. Belajar dari kesalahan adalah mampu bangkit dan menemukan solusi-solusi yang tepat agar tidak lagi terantuk pada kesalahan yang sama. Juga mau berjuang menjadi seorang "pembelajar" yang mampu hidup tumbuh dan berkembang, menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan zaman (yang dinamis dan fleksibel).

Tatkala kita masih saling menyalahkan dan mencari kesalahan maka kebenaran akan terselubung dalam emosi dan ego. Yang ada adalah emosi, dan potensi-potensikonflik yang siap dijadikan detonator dan sumbu ledak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Belajar dari kesalahan berarti ada kemampuan pengendalian sosial, mampu menunjukan tingkat keberadaban suatu bangsa, kearifan, mampu menemukan solusi, dan memberdayakan potensi serta mampu bangkit dan keluar dari belenggu yang mengjambat kemajuan.

Tidak mampu belajar dari kesalahan berarti suatu kehancuran. Saling menyerang karena semua pihak merasa benar sendiri, tentu saja mengkhianati rakyat, bangsa bahkan keyakinan kita. Mengapa dianggap penghianatan? Karena merusak peradaban, kehidupan, dan keyakinan. Sebenarnya baik dari ajaran-ajaran keagamaan, keyakinan, kemasayarakatan tujuannya adalah melindungi harkat dan martabat manusia, mencegah kemunafikan dan anarkisme, penyalahgunaan wewenang. Mengapa memilih jalan kekerasan dan anarkis dibanding diplomatis?

Belajar dari kesalahan adalah pelita hati yang menjadi pijakan pencerahan dan keyakinan memajukan masyarakat, serta bangsa dan negara. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asumsi anda